Ekowisata Mangrove Wonorejo, Surabaya







Catatan penting: Semua foto diatas telah diedit, jadi jangan kaget begitu sampe di tempat warna-warnanya kurang sesuai sama yang di foto ini. Tapi pemandangannya ya begitu itu kok, seperti yang di foto! Hihi

Tanggal 16 Maret 2014 kemaren saya berkesempatan mengunjungi Ekowisata Mangrove Wonorejo. Saya kesana dengan keluarga; lengkap dengan ponakan saya, Ammar, yang berusia hampir 6 bulan. Kami berangkat dari rumah kira-kira pukul 11 siang dan sampai disana sekitar setengah jam berikutnya. Sebelum keluar dari mobil, kami menyiapkan kacamata hitam dan payung agar Ammar nggak kepanasan. Oh ya, tak lupa juga saya menyiapkan tas yang berisi essentials untuk jalan-jalan kecil, yaitu handphone, dompet, tissue basah dan tissue kering, kantung yang berisi alat komestik simpel, sisir, kacamata minus dan kotaknya.

Setelah menyusuri jembatan kayu, kami disambut oleh sederet warung kecil yang menyediakan beragam makanan dan minuman. Setiap warung disitu dilengkapi dengan palang nomor dan kutipan kata-kata penghibur seperti "Anda Puas, Kami Senang" atau "Tiap Senyum Anda Kebanggaan Kami". Saya lupa ada berapa tepatnya warung-warung ini, tetapi mau berapapun adanya mereka, pasti bakal berarti banget dikala siang yang panas itu. Yep, apalagi kalo nggak icip-icip es sari tebu sambil nyemil-nyemil keripik.

Puas melihat-lihat warung (hanya melihat, belum mampir), saya dan keluarga menuju loket ekowisata. Disitu, kami memutuskan untuk berpisah; saya, adek, dan kakak ipar saya masuk ke lokasi, sedangkan kakak, mama, papa, dan ponakan saya tinggal di tempat. Baiklah, akhirnya saya menyiapkan uang Rp 100.000,00 untuk membayar 3 karcis masuk. Sebagai info aja, untuk masuk ke kawasan ekowisata mangrove, tiap orang dewasa dikenai biaya Rp 25.000,- per orang dan anak-anak Rp 15.000,- per orang.

Karcis pun sudah di tangan dan kami bertiga (saya, adek dan kakak ipar) masuk ke dermaga sederhana di samping loket. Sesampai disana, jujur aja saya agak bingung. Nggak ada petugas yang berjaga dan at least, memberikan informasi kapan kapalnya akan datang atau berangkat. Akhirnya, kami duduk saja di bangku yang telah disediakan sambil menikmati pemandangan di sekitar.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, datanglah kapal yang membawa rombongan pengunjung. Saya pun berdiri, diikuti dengan adik dan kakak ipar saya. Satu persatu pengunjung melangkah keluar dari kapal; nah, waktu saya perhatikan sih kebanyakan penumpangnya adalah keluarga dengan dua anak kecil, sisanya mungkin segerombolan anak muda yang cari alternatif tempat rekreasi selain mall atau taman kota. Makanya mereka dateng dengan dandanan layaknya mau ke dua tempat tadi, yaitu dengan pake kaos, celana panjang jeans, sneaker atau sandal dan topi.

Di dalam kapal, saya memilih tempat duduk di pinggir agar bisa lebih leluasa memotret dan menikmati bunyi percikan air *halah*. Yang jelas, saya pengen menyaksikan dan merasakan lebih syahdu (weleh) pemandangan alam di sekitar. Sambil menunggu pengunjung lainnya yang akan menaiki kapal, saya, adik dan kakak ipar menyempatkan foto bersama dan akhirnya kapal kami berangkat.

Seperti layaknya warga perkotaan yang udah jenuh sama pemandangan kotak-kotak di jalan, melihat deretan tanaman mangrove di kanan kiri pun terasa sangat menyenangkan. Walopun seiring kapalnya berjalan, tanaman-tanaman itu ya tetep ijo, airnya tetep kecokelatan, langit keabu-abuan (karena mulai mendung), dan sesekali ada burung mampir, tetep aja rasanya langsung seger. Seperti baru lagi. *klasik lah, hehe*

Pemandangan di sekitar kapal. Yuhu!

Setelah puas diajak menikmati pemandangan sekitar, kapal kami pun dibawa ke dermaga kecil untuk melakukan perjalanan menuju gazebo dan menara pantau. Perjalanan ini merupakan favorit saya, karena pemandangan yang ditawarkan (menurut saya) lebih fantastis ketimbang diatas kapal tadi. Saya pun langsung ngebayangin tiba-tiba ada lagunya The Album Leaf mengalun dan peri-peri hutan menari-menari *halah-halahhh*. Haha, ya gitu deh pokoknya, yang jelas saya suka pemandangannya dan suka sensasi berjalan diatas jembatan bambu ini. Saya jadi suka mikir nggak-nggak seperti "gimana ya kalo saya jatuh terus terus dimakan buaya?" dan seterus-terusnya. Saya yakin deh beberapa pengunjung juga ngerasain hal demikian.

Tapi sayangnya, ditengah kemesraan dengan alam ini (opo maneh), saya sempet terganggu dengan sampah-sampah berserakan di salah satu spot. Hm, bisa jadi itu sampah pengunjung atau sampah yang emang kebawa air dari mana gitu *asumsi pendek*. Yang jelas saya sempet nge-videoin sih dan bisa kalian liat dibawah ini. Semoga bisa bikin kita aware satu sama lain untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pariwisata Surabaya :)

Atasnya sih oke, tapi bawahnya? :(

Jalan menuju gazebo ternyata cukup panjang (mungkin bagi yang nggak biasa jalan kaki ato olahraga, termasuk saya hehe) dan saya pun menyesal nggak bawa botol air selama perjalanan. Ya udah deh, yang penting nggak sampe mau pingsan kok. Alright, sesampenya di pos pantau, kami bertiga hanya foto-foto (lagi) dan memutuskan untuk tidak naik ke gazebo. Menurut kami, duduk duduk di gazebo ya begitu itu rasanya, lebih lagi kami nggak bawa makanan ato minuman. Mungkin kalo bawa bakal lain gitu ya ceritanya. Hehe. Well, setelah puas ambil gambar sini-situ, kami memutuskan untuk balik ke dermaga dan kembali ke loket tempat kami beli karcis (tentu aja kembalinya dengan naik kapal lagi!).

Waktu itu kami beruntung udara lagi sejuk-sejuknya dideket gazebo dan pos pantau

Arloji saya menunjukkan pukul 1.15 siang, berarti ekowisata tadi kira-kira memakan waktu satu jam lebih limabelas menit. Cukup untuk membuat kami 'fully recharged', namun juga kelaparan dan kehausan. Untungnya papa, mama, kakak dan ponakan sudah menunggu di warung soto dan kami pun menyantap soto ayam dan air es dengan lahapnya...

* * *

Nah, sekarang ada yang tertarik pengen ke Ekowisata Mangrove Wonorejo? Saya punya beberapa tips nih:

1) Wisata ini cocok buat kalian yang berkeluarga atopun single.
Kalo berkeluarga, memang beberapa lokasi kurang friendly buat anak-anak dan harus ada orang dewasa yang menjaganya (seperti ketika berjalan diatas jembatan menuju gazebo dan pos pantau), but at least anak-anak bisa belajar mengenal alam :p. Kalo yang single, bisa dah dateng kesini sendirian hanya untuk refreshing pikiran yang udah dijejalin tugas kampus, kerjaan ato hal-hal menohok lainnya. Yang penting jangan nyemplung ke sungai ya.

2) Bawa kacamata item.
Emang, kacamata item masih nggak biasa digunakan selain di jalanan (para pengendara mobil/motor dan tukang parkir), di airport (mbak/mas stylish dengan syal dan kopernya setelah keluar dari pintu kedatangan) ato di kafe-kafe ketika anak muda ingin ber #ootd di Instagram, kacamata item ini bakal sangat berguna di Ekowisata Mangrove Wonorejo untuk mengurangi kesilauan kamu akan sinar matahari. Maklum, alam terbuka. Apalagi siang-siang.

3) Buanglah sampah di tong sampah!
Nggak peduli itu plastik sedotan air mineral 240 ml, nggak peduli itu tiket masuk yang udah nggak kepake, plastik pembungkus permen, sekecil apapun dah. Kalo bisa simpen dulu di saku celana. Kalo celananya nggak punya saku ya simpen di tas. Kalo nggak bawa tas dan nggak bersaku, ya dah simpen dibawah sepatu. Pokoknya simpen dimanapun sampe kalian nemu tong sampah :")

4) Pake baju dan alas kaki yang nyaman.
Waktu kesana, seperti di foto, saya pake kemeja tipis, celana panjang kain dan sepatu loafer berbahan kulit. Saya cukup nyesel karena nggak pake kaos kaki tipis ato pake sepatu sneaker sekalian yang enak dibuat jalan-jalan. Well, yang penting nggak sampe lecet deh.

5) Bawa kamera!
Kalo nggak mau kelewatan pemandangan-pemandangan menakjubkan yang tak terkira waktu kamu ada di jembatan menuju gazebo dan pos pantau. Ato pas mengarungi sungai yang dihiasi pemandangan hutan mangrove.

6) Kalo bisa beli makanan dan minuman di sekitar kawasan wisata.
Saya rasa yang ada di kawasan wisata udah cukup lengkap dan enak kok. Soto ayam yang saya makan aja rasanya enak. Cuma sayang, daging ayamnya kurang banyak, hehe. Yah, itung-itung juga membantu ningkatin penghasilan mereka 'kan? :)

7) Bawa uang secukupya.
Jangan lupa, kalo mau naik kapal untuk menyusuri hutan mangrove, kamu perlu mengeluarkan beberapa puluhan ribu untuk kamu sendiri ato keluargamu (Rp 25.000,- untuk orang dewasa, Rp 15.000,- untuk anak-anak. Rp 300.000,- untuk 6 orang yang mau sewa boat). Oya, dan buat makan siang disana juga.

8) Aware sama keadaan sekitar.
Siapa tau kamu nemuin spot foto bagus! Soalnya menurut saya disana emang bagus, nggak salah juga banyak orang foto pre-wed disana.

Hehe cukup simpel yah tipsnya, maklum saya emang nggak sempet eksplor tempat ini lama-lama karena terbatas waktu. Kalo dikasih kesempatan lagi, saya pengen ambil gambar atau video lebih banyak dan share di blog ini! :p

Comments

Post a Comment