25

15 Juni 2015 pk 22.30, kamar apartemen: "I couldn't sleep."

Aku udah terlentang di kasur. Selimut tebel itu udah aku tarik sampe leher; cukup bikin aku keliatan kayak "burrito" kalo kata Peter, si housemate. Lampu utama kamar juga udah mati, tinggal lampu belajar aja yang nyala. Dinginnya angin Sydney somehow bisa aku rasain juga di kepala dan leher. Cukup bikin aku pengen narik selimutnya lebih rapet ke leher, 'ngebungkus' diri lebih eret supaya nggak masuk angin.

Aku ngeliat jam analog yang kutaruh diatas meja belajar. Setengah jam lagi bakalan tanggal 16 Juni. Aku bakalan berulang tahun. Ya ampun, nggak kerasa banget tiba-tiba udah mau ganti umur lagi. Rasanya kayak baru kemaren bangun di kamar Surabaya, terus paginya dapet ucapan dan peluk dari Papa, Mama, adek, kakak, semuanya. Malemnya foto-foto sama kue ultah yang dibeli dari Bread Talk, tiup lilin, makan kue, terus kalo sempet langsung dinner di luar sama keluarga. Makan steak daging di Bon Ami atau Bon Cafe. 

Tahun ini? Sepertinya akan jadi ulang tahun pertamaku tanpa keluarga dan lebih lagi, di negeri orang. Not really a big deal sih for me. Tapi yang namanya pengalaman pertama, selalu bikin kita merasa beda 'kan. Ngerasa deg-degan, nervous, excited, seneng, doubtful, campur aduk pokoknya. Alhasil, malem itu aku susah tidur.

Aku liat jam lagi. Udah pukul 12 lebih. Ini tandanya aku udah berganti umur. Langsung deh aku pejamin mata dan berdoa diem-diem (ya iyalah masa keras-keras pake speaker). Nggak kerasa banget tiba-tiba udah seperempat abad juga umur ini.

16 Juni 2015 pk 08.30, kamar apartemen: "Berusaha tepat waktu!"

Aku bangun dari tidurku yang nggak nyenyak dan segera mandi. Hari ini aku akan ketemu sama temen-temen kampus di daerah Glebe. Janjiannya sih jam 9.30 pagi, karena seorang temen bakal harus ngejar pesawat jam 5 sore buat balik ke negaranya. Yaudah, jadinya aku semacem buru-buru juga walopun mandiku bisa dibilang cukup cepat. 

Jam 9 pas, aku keluar apartemen dan langsung merasakan desiran angin dingin meresap ke tubuhku (cie). Aku langsung ngebatin, "Tau gitu aku pake legging aja." Emang sih, waktu itu outfitku adalah kaos yang didobel sama sweater biru bertuliskan "Pancakes & Milkshakes" (dua jenis hidangan yang bikin aku ngiler), celana pendek mini yang aku lapisin sama tights tebel warna item, kaos kaki tebel yang diem-diem sobek di bagian jempol kaki kiri, plus sepatu boots item. Ternyata walopun udah didobel tights gitu, anginnya tetep masuk-masuk aja. Aku langsung mikir, kayaknya ini juga karena kondisi badanku yang nggak fit deh. Maksudnya karena kurang tidur itu. Maklum, standar tidurku masih 8 jam sehari soalnya :p

Aku sampai di bus stop seberang Urban Bites jam 9.10. Aku liat Google Maps di hape. Disitu bilang kalo mau ke Glebe dari Newtown bisa naik bus rute 370. Oke, aku tunggunya. Beberapa menit kemudian, aku mulai tambah gelisah. Bis-bis yang ke City kayak rute 422, 423, 426 atau 428 udah mondar-mandir dari tadi. Tapi kenapa ini bus rute 370 nggak lewat-lewat? Karena nggak mau telat, aku naikin aja deh bus yang ke City. Ntar tinggal turun di depan Broadway Shopping Centre, terus jalan ke Glebe nya.

Pukul 9.20an, aku sampe di daerah Broadway. Aku langsung SMS temenku Ling dan bilang kalo kayaknya aku bakal telat 8-10 menit, karena bis yang aku tungguin nggak lewat-lewat dan jadinya aku harus jalan kaki kesana. Ling ngebales, kira-kira bunyinya "sante aja, aku juga baru jalan dari Fisher Library (salah satu library kampus yang deket sama kawasan Glebe dan Broadway) kok". Yaudah aku sedikit lega. Tapi tetep aja, aku merasa nggak enak kalo sampe telat. Wong aku 'host'nya kok. Hehe.

Aku langsung jalan secepet-cepetnya demi nyampe tujuan tepat waktu. Pas mau deket kafenya, aku ngeliat temenku Koichi udah berdiri didepan. Dia keliatan lagi texting gitu. Aku langsung panggil doi dan bilang maaf kalo aku telat. Padahal ya nggak telat juga sih, karena ternyata aku dateng tepat waktu. Pas jam 9.30. Tapi tetep aja nggak enak karena Koichi udah dateng duluan. Terus doi bilang semacem "gak apa-apa kok, aku juga baru dateng. Ini aku baru mau ngabarin kamu." Setelah itu, kita masuk ke kafenya dan tercengang-cengang akan suasananya yang hommy.

16 Juni 2015 pk 09.30 - 12.30, Sappho Books Cafe and Wine Bar: "What is your worldview?"

Satu persatu temen-temen yang aku undang mulai berdatangan. Ada Koichi yang orang Jepang, Ling dan Eric yang dari China, dan Kwannie dari Thailand. Kami duduk berkumpul di bagian belakang cafe, dikelilingi oleh pepohonan rimbun diatas. Cuaca saat itu mendung dan sesekali kami menggigil kedinginan karena tiupan angin luar. Maklum nggak ada heater yang dipasang deket situ.

"Are you guys ready to order now?", aku tanya gitu ke mereka. Mereka ngangguk dan kami menuju loket Cashier yang sekaligus jadi tempat order. Begitu liat menunya, Ling dan Eric mengernyitkan kening. Aku paham bener maksud mereka. Pasti bingung sama nama-nama makanan yang ada di menu itu. Maklum orang Asia, kami juga nggak familiar sama 'nama keren' ingredients dalam bahasa Inggris. Mau tanya juga pengennya dijelasin sebagian besar dari nama-nama 'asing' itu. Yaudah, akhirnya aku memutuskan pesen Chicken baguette dan Chai Latte. Eric pun ku-encourage untuk memesan Chai Tea, karena dia penasaran juga sama Chai-Chai yang lagi hip di Sydney ini.

Setelah selesai memesan dan bayar di kasir, temen-temen pada bilang semacem "Kiz, ini kami udah ngumpulin duit. Kami yang bayarin ya." Aku langsung ngerespon semacem, "Eh..udah nggak usah, aku yang ulang taun, aku yang bayar. Gitu culture-nya di Indonesia." Kwannie bilang, "Okay, when you said MY culture, then we can do nothing." Hehehe, yup disini emang begitu biasanya. Yang ulang tahun yang ditraktir, bukan yang mentraktir. Pertama kali denger itu aku agak kaget, karena emang terbiasa sama custom dimana kalo kita berulang tahun, kita yang bayarin meals nya guests. But, walopun custom disini adalah sebaliknya, aku tetep pake kebiasaan yang ada di Indonesia. Selain itu juga karena aku udah bilang ke mereka di jauh-jauh hari sebelumnya kalo aku bakal traktir.

Makanan kami pun datang satu persatu. Woah, such a lovely morning. Menu sarapan yang mengenyangkan, teman-teman di sekitar, suasana kafe yang nyaman dan rimbun, good talks and... aku yang lagi berulang taun. Such a different way to start the day and spend my birthday though, karena bisa dibilang benernya aku nggak deket-deket banget sama temen-temen ini. Aku, Eric dan Ling sih emang sering ngobrol di kampus kalo perkara tugas kuliah. Aku sama Koichi baru kenal pas kuliah News Writing, karena dia terlihat setia nemenin Eric kalo dia lagi tanya-tanya ke aku tentang film Indonesia buat mata kuliah Asian Pop Culture-nya. Aku sama Kwannie? Baru kenal juga saat kami lunch bareng di En Toriciya, North Sydney. She's currently doing Master of Cultural Studies, makanya di beberapa omongan kita nyambung. Jadinya aku undang dia deh di sarapan pagi hari ini.

Searah jarum jam: Koici, Eric, Kwannie, Ling dan saya.

Chai Latte dan Chicken Baguette.

Selama makan, kami mengobrol tentang banyak hal. Kebanyakan sih tentang budaya masing-masing. Tapi lama kelamaan arah pembicaraan lebih ke masa depan, seperti tentang marriage, karir, dan pilihan hidup. Cie berat juga. Haha tapi lovely banget emang. Aku enjoy-enjoy aja ngomongin ini, karena mereka rata-rata lebih tua dari aku. Jadi semacem dapet 'pelajaran idup' juga dari mereka yang lebih 'duluan' daripada aku. Yang lebih menarik lagi ketika kami ngomongin tentang marriage, karena bulan Oktober ini Ling akan menikah dengan her long-term boyfriend. Kami saling share tentang rencana masing-masing. Salah satu dari kami ada yang berpandangan "I don't believe in marriage" dan very skeptical tentang itu. Aku sih nggak kaget, karena udah mulai akrab sama pilihan hidup kayak gitu ketika aku kuliah S1. I mean, tolerance ku akan hal-hal itu mulai 'terasah' saat aku belajar Sastra Inggris, karena disitu kami belajar humanity dan paham-paham bervariasi yang bikin kita makin mengapresiasi perbedaan di dunia ini. So, aku bersyukur aja karena bisa jadi lebih open-minded tentang hal ini. Aku pribadi nggak bilang itu dosa atau aneh kalo emang ada orang yang milih untuk nggak nikah, karena menurutku setiap orang punya hak buat nentuin jalan idupnya masing-masing.

Terus kami ngomongin masalah karir, yang ujung-ujungnya jadi kayak refleksi gimana kita memandang dunia dan sekeliling. Kwannie bilang umurku yang 25 ini bisa dibilang masih muda and still long way to go gitu, tapi Eric dan Ling berpendapat kalo 25 itu semacem umur turning point di keidupan. Dari situ lah akhirnya kami mengutarakan gimana pandangan kami akan hidup. Kwannie bilang kalo kita nggak bisa terus-terusan compare kesuksesan kita sama orang lain, karena pace hidup setiap orang itu beda. Ada yang cepet, moderate, ataupun lambat. Masing-masing juga punya definisi sukses berbeda. Jadi doi bilang, stop comparing ourselves with others. Aku setuju banget sih tentang itu. Setiap orang emang individual yang unik, yang terdiri dari ilmu, pengalaman, paham dasar berbeda sejak kecil. Otomatis pasti ada lah suatu elemen yang bikin beda 'kan, entah itu kecil ataupun yang sangat obvious.

Eric bilang kalo umur 25 itu adalah saat body cewe deteriorating. Kwannie dan Ling nggak setuju. Mereka bilang itu bakal berlaku setelah umur 30. Aku jadi semacem "Oh my God, this is really my time." Kwannie langsung ngerespon, "Oh, don't worry." Dia nge-encourage kita semua buat tetep enjoy sama apa yang kita lakuin dan make the most of it. Setelah ambil dua kali kuliah postgraduate, Kwannie bilang dia sangat bersyukur karena mampu melakukan itu saat umurnya masih muda. Muda dalam arti belum masuk 40an ya aku nangkepnya. Yes, lagi-lagi aku setuju sih. Selagi masih semangat, sekolah lagi itu nggak ada ruginya kok. Selain dapet ilmu, bisa dapet pengalaman-pengalaman kayak gini ini. Sharing sama orang-orang yang berbeda background budaya, umur, dan pastinya pandangan akan hidup. Bikin kita jadi merasa lebih 'diverse' in terms of asupan pengetahuan dan lagi-lagi, bikin kita lebih bisa mengapresiasi orang lain.

Setelah melihat jam masing-masing, kami realise kalo udah harus ninggalin kafe tersebut. Saat itu ujan gerimis, jadi kami semacem agak 'gopoh' juga pas keluar dari sana karena lumayan kecipratan air ujan. Kami pun berpelukan satu sama lain; mengingat Eric akan balik for good ke China nanti jam 5 sore. Ah, nggak nyangka juga kalo waktu berjalan secepat ini. Tiba-tiba aja abis ketemu temen baru, harus berpisah lagi. Tapi yang namanya idup yah, people come and go. Yang penting tinggal gimana kita memposisikan diri kita sama mereka ya. Kita 'celebrate' keadaan mereka atau enggak. Kita milih mau belajar dari mereka ato enggak. Eh, kok jadi kesini sih pembicaraannya. Haha.

Intinya, aku bersyukur bisa kumpul sama mereka and diskusi tentang macem-macem. Lagian mereka juga sweet banget. Mereka pada ngasih kado gitu. Eric dan Ling ngasih aksesori yang berhubungan dengan "luck" dan shio-ku, which is a horse. Kwannie ngasih gelang cantik yang ada kupu-kupunya dan Koichi ngasih komik manga judulnya Monster. Dia bilang dia nggak tau kesukaan ku apa, jadi dia beliin buku itu. Aku sih udah makasihhh banget ke mereka untuk itu. Itu tandanya mereka udah keluarin effort untuk bikin aku seneng 'kan :)

16 Juni 2015 pk 20.00, apartemen: "Kecoak dan Happy Birthday!"

Aku lagi natep layar leptop waktu itu dan sempet kepikiran gimana spend ultahku di malem hari itu. Lagi-lagi aku inget orang rumah yang selalu udah siap sama kue, lilin dan kamera HP. Pas lagi melankolis gitu, tiba-tiba aku denger housemate aku Audrey teriak "Kizaaaa, there's a cockroach!". I was like, "Oh, sh*t. Where is it?". Aku langsung ambil sapu lidi mini dan 'serok' andalan yang selalu aku pake buat bunuhin kecoa ato laba-laba di rumah. "Where is it?," tanyaku, soalnya si Audrey nggak lagi ada di lantai kamar kita. "Downstairs!" teriak Audrey dari bawah. Aku segera turun sambil ngebawa sapu lidi itu.

Pas sampe di anak tangga paling bawah, tiba-tiba nyanyian "Happy Birthday" dilantunkan. Ahhh ternyata Karina, Anty, Peter, Audrey, Shawn dan Owen udah kumpul dibawah sambil bawa kue ulang taun! HOW SWEEEEETTT. Aku langsung ketawa ngakak sampe jongkok-jongkok karena merasa konyol sambil bawa sapu lidi. Aku denger Audrey bilang, "See, when you said 'cockroach', it worked on Kiza!". Temen-temen senyum-senyum dan aku pun tersipu malu pas ngedeketin kue ultah itu. Mereka bilang "Ayo tiup lilinnya dan make a wish". Segera deh aku make a wish dan tiup lilinnya. Temen-temen pun langsung menghujani ku dengan kado. Eh, nggak ujan juga sih. Pokoknya langsung pada kasih kado. Aku buka langsung disitu, karena emang disini kebiasaannya kalo abis kado ya langsung dibuka, gak pake nunggu-nunggu malu gitu.

Yang bikin makin seneng, temen-temen ini ngasih kadonya juga berhubungan sama yang aku suka. Housemates kasih kado mug Mulga dari Monster Threads, yang bikin aku semacem histeris karena aku suka banget sama karya-karyanya Mulga. Karina kasih aku aksesori dari Dotti berupa tote bag cantik motif paisley warna biru dipadu baby pink, kacamata item trendi, sama kalung warna-warni yang lovely banget. Udah gitu birthday card nya gradasi warna pink ala-ala Pantone gitu. Lucu banget! Kalo Anty, dia kasih birthday card yang bisa nyanyi, tepatnya lagunya Roy Orbison yang "You Got It" (ini aku baru tau setelah googling eniwei, haha). Liriknya "Anything you want, you got it. Anything you need, you got it, baby....". Haha hilarious banget kan. Pokoknya aku seneng, terharu dan tersipu lah pas itu. Thank you so much ya teman-teman! :)


Foto polaroid dari kamera Anty. Ini aku dikelilingi Audrey, Karina, Anty, Owen, Peter dan Shawn.
Kado G4oeL dari Karina. Haha. Suka banget aku sis, makasih ya :*
Kado dari Owen! Lucu banget, so today. Hehe
My housemates know I love Mulga's illustrations so much!
The birthday card that can sing. Thank you Anty!
Begitulah ceritaku saat ulang taun di negeri orang. Banyak pengalaman baru yang sebelumnya nggak aku rasain di Surabaya, kayak obrolan-obrolan yang erat akan perbedaan budaya macem siapa yang kudu bayar ketika makan dan ada yang ultah, gimana disini aku jadi cockroach buster dan itu cukup jadi 'trik' ngemanggil aku untuk kasih surprise, dan kado-kado soswit dari temen-temen dengan latar belakang berbeda. I feel grateful for this day!



P.S. Postingan ini benernya ditulis tanggal 20 Juni 2015. Tapi demi timing yang tepat, aku ubah settingan date-nya ke tanggal 16 Juni :)

Comments