DIY Talk#6 - Fashion: Jadi pembicara!

Mei 2008, lagi nunggu pengumuman lulus SMA. Yess, saya masih inget banget waktu itu saya dilanda kebosanan lantaran bingung mau ngapain. Kampus udah dikantongin (alias udah 'diterima'), keputusan udah bulet masuk sana, alhasil males deh ikut SPMB ato sebagainya. Akhirnya saya lebih milih buat stay dirumah (daripada ikut bimbingan-bimbingan gitu lah), lalu duduk di depan komputer, browsing sini-situ, dan.. tiba-tiba aja saya jatuh cinta sama puluhan situs international street-style.

Nggak dipungkiri kalo sejumlah situs/blog street-style favorit saya macem: Facehunter, The Sartorialist, Hel Looks, Fashion Filosofy, Stockholm Street Style, Manchester Looks, Street Pepper, sampe (yang paling deket) Jakarta Street Looks, jadi inspirasi saya memulai Surabaya Fashion Carnival. Bukan saja karena faktor kekerenan gaya-gaya orang dan foto-fotonya, melainkan dari faktor tujuan si pemilik situs/blog membuat karyanya tersebut. Dan, tujuan itulah yang bersambung pada kegiatan saya pada DIY Talk#6 : Fashion tanggal 22 Oktober 2011 kemarin di perpustakaan C2o.

Poster DIY Talk#6 : Fashion

Saya nggak nyangka banget di hari itu bisa duduk berdampingan sama Ibu Ariani Widagdo (founder Arva School of Fashion), Embran Nawawi (instruktur Fashion Design di Arva School of Fashion, juga terkenal sebagai salah satu fashion police di rubrik sebuah koran nasional), dan Alek Kowalski (pemilik ORE Premium Store dan label allthethingsivedone) yang saya kagumi atas wawasan dan pengalamannya di scene fashion lokal Surabaya. Bayangin aja, saya yang sehari-harinya cuma mahasiswa biasa tiba-tiba duduk di barisan pembicara diskusi seputar fashion dan disejajarkan dengan orang-orang hebat tadi!

Oh well, tentunya hal itu bukan suatu kebetulan. Saya dan 2 sahabat (Putri Macan dan Echa) disana mewakili Surabaya Fashion Carnival, sebuah fashion blog yang meliput tentang perkembangan local fashion scene Surabaya. Sementara para pembicara yang lain (seperti yang telah ada di poster) mewakili institusi, label, atau projectnya yang berkenaan dengan fashion. Contohnya, Mars Rizkia mewakili label aksesorinya, Kimilatta; dan Era Hermawan mewakili bisnis jualan secondhand stuff-nya, Tempat Biasa. Nah, disini kami sama-sama duduk untuk membahas potensi lokal, rintangan, prospek kedepan, dan isu real yang berkenaan fashion lokal Surabaya; dengan tinjauan bahasan proses merancang dari masing-masing panelis untuk hasil karyanya. That's why, diskusi malam itu bertajuk "DIY (Design It Yourself) Talk".

Overall, acara diskusi kemarin berjalan lancar dan sangat inspiratif. Saya belajar banyak dari orang-orang yang duduk disebelah saya maupun dari para peserta. Kalo dari pembicara, saya tentunya belajar tentang beberapa ilmu pengetahuan dari fashion itu sendiri; sedangkan dari peserta, saya belajar intropeksi diri! Guess what, saat itu ada salah satu peserta yang tiba-tiba nanyain "Kenapa Surabaya Fashion Carnival udah jarang posting?". Jujur aja saya sempet bingung mau jawab apa, takut kalo keliatan gak profesional *hehe*. Akhirnya saya pilih buat ngomong apa yang sebenarnya terjadi pada kami. Saya bilang bahwa masing-masing kru Surabaya Fashion Carnival memang lagi sibuk. Mars dengan label Kimilatta, Echa dengan profesi mengajar dan fashion label Gobble, Putri dengan tugas kuliahnya yang bejibun (maklum anak desain), dan saya dengan perkuliahan 24 sks (11 mata kuliah langsung!). Jadinya, kami gak punya cukup waktu untuk mengurus blog yang udah ngeraup 3000an jempol di Facebook ini *hore*. Langsung deh, beberapa orang angkat tangan dan segera memberikan solusi untuk kami. Wah, bener deh; saat itu saya nggak nyangka loh, ternyata para peserta sangat mendukung kami buat ngelanjutin Surabaya Fashion Carnival!

See, dari sini saya dapet dua kesimpulan. Yang pertama, forum seperti DIY Talk ini merupakan contoh yang bagus untuk mempererat hubungan antar infrastruktur local scene di Surabaya. Liat aja, akhirnya terjalin komunikasi 'kan antara produsen, distributor, konsumen, media, dan akademisi fashion di Surabaya? :) Yang kedua skaligus terakhir,  ternyata orang-orang masih menanti kami untuk melanjutkan Surabaya Fashion Carnival. Bagi saya, ini adalah penghargaan yang harus dijaga sampai kapanpun karena kepercayaan orang-orang itu penting ketika kita membangun sebuah image. Setuju? :)

P.S. : Selengkapnya tentang DIY Talk#6, baca tulisan saya di halaman Surabaya Fashion Carnival. Terima kasih! :)

Comments