Trip: Yogyakarta bag. 1 (Desember 2011)

Hello! Selamat Tahun Baru 2012!

Di tahun Naga Air (maaf saya salah sebelumnya! :p) ini, saya akan mulai dengan “laporan” perjalanan ke Jogjakarta. Seperti kata tokoh Dexter dalam buku One Day karangan David Nicholls, “travel broadens the mind” untuk mewakili perjalanan kali ini; and indeed, it has broadened my mind.

Hari 1 (28 Desember 2011) : Perjalanan di kereta

Entah kenapa, dari kecil saya dibiasakan travelling pake jalur darat, yaitu naek mobil ato kereta. Tentunya ada pengecualian disini; tidak semua tujuan saya ‘habisin’ pake roda empat ataupun 'sang penyambar rel', terkadang saya juga pake burung mesin (oke, cukup dengan istilah2 ini). Kalo menurut pemahaman saya, pesawat hanyalah untuk tujuan yang lebih ke kiri dari Jawa Tengah ataupun ke kanan dari Jawa Timur, dan pertimbangan waktu. Diluar itu, serahkan pada kemampuan pengemudi jalur darat.

Pada sore itu pukul 17.15, saya sudah duduk manis di kursi 12C KA Bima tujuan Jogjakarta. Agak surprised juga, karena kali ini saya berada di barisan paling depan dalam gerbong Eksekutif 2. Hanya satu kursi (yang biasanya 2 dalam satu baris) di baris sebelah kanan, dekat dengan jendela, dan di depan pintu gerbong otomatis. Bisa membayangkan? Setiap orang yang masuk kedalam kereta, mereka akan ‘tercengang’ lebih dahulu dengan kehadiran saya (berlebihan, maaf-maaf haha). Seperti itulah gambaran saya ketika berangkat ke Jogja. Melihat puluhan orang mondar-mandir didepan saya, sesekali mencoba “tebak karakter”, sesekali hanya acuh. Saya baru menengadahkan kepala jika ada bunyi pintu yang agak berbeda; oh ternyata ada orang yang hampir terjepit! Kasian dia, pasti kelamaan berdiri didepan pintu karena kebingungan bawa barang. Kalo udah gini, saya jadi nganggep pintu itu kayak lift. Masuk maupun keluar pake hitungan waktu. PLUS pake merinding begitu melintas. Hihi.

Dalam perjalanan tersebut, saya jadi sering ‘latihan’ leher juga. Ketika merasa bosan dengan pemandangan orang keluar-masuk gerbong, saya menoleh ke kiri. Mengecek keberadaan keluarga; Papa lagi asik ngobrol dengan laki-laki seumuran beliau disebelahnya, Mama lagi asik main BB, adek lagi asik main PSP. Oh ternyata mereka baik-baik saja, saya lalu kembali membaca novel. Menikmati cerita yang begitu well-developed, seru (in some ways), romantis, dan deskriptif. Saya pun asik sendiri, larut dalam bacaan setebal 437 halaman itu (oh ya lupa bilang, saya ngelanjutin baca One Day ;p).

Lima jam lebih berlalu, saya kurang ingat pukul berapa sampai di kota pelajar. Dengan kaki yang agak kaku karena kedinginan, saya memompa semangat untuk keluar dari gerbong dan berjalan mengikuti bapak porter. ‘Selamat datang di Jogjakarta!’, begitu saya berkata pada diri sendiri. Papa, Mama, dan adik pun tak kalah berekspresi. Terdengar tarik nafas lega, terlihat ayunan tangan dan gerakan panggul untuk sesi singkat ‘pelemasan’ setelah lama duduk di kereta. Saya pun tersenyum sambil melihat deretan kata “Stasiun Tugu”, lalu seorang bapak berkumis datang menghampiri dan mempersilahkan kami naik kedalam taksinya.

Hari 2 (29 Desember 2011) : Empat tempat, satu tujuan : "pertemuan"

Kegiatan pertama di Jogja diawali dengan kunjungan ke makam Eyang. Berada di Dusun Tajem, saya dan keluarga masuk ke komplek pemakaman yang bertajuk : “Griyaku Jiwakunarpadan” tersebut (ada artinya, tapi saya belom siap ngebagiin karena belom clear banget. Hehe). Disana, makam Eyang Papi tampak dikelilingi pohon kecil sehingga kami bisa berdoa sambil berteduh. Saya pun melangkah, mendekati makam eyang. Sambil meletakkan bunga lavender kesukaan almarhum; saya berharap beliau akan tersenyum lebar diatas sana. Papa dan Mama lalu mengikuti setelah membersihkan tanaman-tanaman kecil di sekitar makam, dan kami pun duduk berjongkok untuk berdoa.

Seusai kunjungan tersebut, kami menuju ke kantor Bude Linda untuk sekedar melepas kangen. Saat itu memang hujan rintik-rintik dan kami menikmati berada di sebuah dealer mobil; hanya sekedar melihat deretan kendaraan yang terpajang cantik. Mendengar ‘tangisan’ hujan yang datang tiba-tiba, saya dan keluarga pun mohon pamit. Wah, ternyata hujan deras diluar sana! Kami pun segera menuju rumah Eyang Mami di daerah Gedongkuning. Mengejar waktu makan siang untuk semangkok soto ayam hangat.

Setelah dirasa cukup, saya mohon pamit untuk pergi ke Galeria Mall. Papa sempat menawarkan untuk mengantar, tapi saya menolak. Saya prefer naik bus Trans Jogja; dimana menjadi kesukaan saya untuk berhenti di setiap shelter, mengamati para penumpang, sampai akhirnya sampai di tujuan. Here I come, Galeria Mall! Saya langsung menuju Goodmood YK, sebuah butik milik pasangan suami-istri sekaligus teman-teman baik saya, yaitu Rahayu Budhi Handayani (biasa dipanggil Ayu) dan Mario Andriyono. Ah senang sekali rasanya bisa bertemu teman di luar kota; saya pun terlibat perbincangan cukup panjang dengan Ayu. Tentang rencana kedepan, bisnis, sampai ‘sepak terjang’nya mendirikan Goodmood YK. Lalu saya bertemu teman baru bernama Chandra Herdita, seorang mahasiswi fakultas hukum UGM yang tertarik dengan segala sesuatu berbau seni, terlebih fashion. Kami bertiga akhirnya membangun ‘forum’ sendiri, saling sharing tentang kehidupan masing-masing.

Menjelang Maghrib, Papa-Mama dan Bude Nona menyusul saya ke Galeria. Saya pamit pada Ayu, mas Mario, dan Chandra; lalu bergabung dengan keluarga saya yang menanti di depan Matahari Dept. Store. Saya menghela napas, sambil mengelus perut. Saya siap untuk makan malam keluarga di Restoran Bale Ayu! Hore!

[bersambung]

Comments

Post a Comment