Bromo Trip (lagi!)


Liburan Paskah barusan jadi hari-hari berkesan di bulan Maret 2016. Bagaimana tidak, saya berkesempatan ke Gunung Bromo lagi setelah 7 tahun lewat! 

Kesan pertama: Bromo tidak berubah. Tetap indah dan menawan, walaupun saya rasa suhu sekitar makin memanas saat menjelang jam 9 pagi. Tapi itu tak jadi masalah, malahan bikin happy karena matahari lagi terang-terangnya and we got to catch the sunrise! Apparently, itu juga jadi pengalaman pertama saya liat matahari terbit di gunung. Rasa dingin 12 derajat yang cukup menggigit saat itu akhirnya terlupakan, karena melihat warna langit yang makin cantik seiring naiknya matahari.


Setelah meneguk minuman hangat dan mengunyah roti sobek di kantin sekitar, kami kembali ke Jeep dan meneruskan perjalanan ke Kawah Gunung Bromo. Duduk di bangku depan memang paling seru, pemandangan sekitar bisa terlihat lebih jelas dan mudah untuk diabadikan. Tinggal ulurkan tangan saat kaca mobil samping dibuka dan klik-klik-klik! Puluhan foto telah siap dipilih dan dibagikan ke teman-teman sosmed.

Sesampai di area parkir, kami disambut bapak-bapak yang menawarkan jasa naik kuda untuk menuju puncak kawah. Tawaran mereka kami setujui di tarif normal Rp 150.000,- dan sang kuda siap mengantar pergi dan pulang. Dengan didampingi si bapak, kuda yang saya tunggangi mulai berjalan melenggak-lenggok tegas, melewati lautan pasir. Tak jarang juga si kuda yang bernama Excel itu meringkik keras. Waktu saya tanya sebabnya, si bapak menjelaskan kalo Excel memang doyan berbunyi dan itu adalah cara dia menyapa teman-temannya. Saya tertawa mendengarnya, lucu juga binatang ini.


Sering berlatih sepeda di rumah dengan jarak 10-12 kilometer ternyata tidak membuat saya maksimal ketika menaiki 250 anak tangga ke puncak kawah. Tak jarang di tengah-tengah harus berhenti dan menarik napas, melihat pemandangan sekitar agar rasanya segar terus untuk setiap langkah baru. Kadang jadi terharu saat melihat bapak muda yang sedang menggandeng anaknya saat mendaki. Saya jadi ingat cerita tentang Papa yang panik menuruni kawah sambil menggendong tubuh kecil yang hampir mati kedinginan. Konon katanya bibir si anak sudah membiru dan warna mukanya memutih kepucatan, sehingga balsam dan jaket tebal menjadi dokter penyelamat di mobil. Fyi, anak itu adalah saya dan untungnya hingga sekarang, hawa dingin tidak pernah meruntuhkan imun tubuh sampai parah!



Kalau Bromo trip 7 tahun lalu bertema quality time bersama keluarga, tahun 2016 ini pastinya berbeda. Saya berangkat dengan rombongan Jakarta, yang dimana beberapa orang baru saya kenal di bandara Juanda. Namun itu tidak jadi penghalang seru-seruan berwisata kali ini, malahan jadi makin asik karena mengenal hal-hal baru tiap harinya. Ditambah lagi, kesempatan mengunjungi lokasi-lokasi terkenal di kawasan Taman Wisata Bromo Tengger Semeru seperti Padang Savannah atau Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik. Saya jadi makin senang karena terkagum-kagum oleh pemandangannya.


Akhirnya, terpuaskanlah dahaga akan angin sejuk, hamparan hijau dan dahan pepohonan yang bersandar di langit biru. Kalau dulu bisa secara mudah saya temukan dengan naik bus di Sydney, kini memang harus dituntaskan lewat perjalanan berjam-jam dan lelah di dalam bodi angkutan terlebih dahulu. Tapi, bukankah itu intinya perjalanan? Menghadapi, menikmati dan melalui proses - yang bagi saya sejujurnya masih sukar dilakukan.

Overall, liburan Paskah 2016 ini tidak kalah menarik dibanding tahun lalu yang saya habiskan di Port Stephens dan Royal National Park, Australia. Masing-masing punya highlights yang wajib dikenang seumur hidup. Malah lucunya, kedua trip sama-sama dihadapkan dengan masalah ban bocor! :)

Sampai ketemu di cerita perjalanan berikutnya. Selamat hari Paskah!

***

Comments